Minggu, 20 Mei 2018

Shamat dan Enkidu, Cerita Epik Gilgamesh Prasasti I Bagian 3



Penuh gundah dalam hati pemburu muda, dalam benak hatinya ia meragu akan nasib apa yang ia timpa setelah apa yang dialaminya terdengar langsung oleh Raja Gilgamesh. Tetapi kejadian yang ada dalam hutan tidak bisa dibiarkan karena bisa saja makhluk mengerikan tersebut akan menyinggahi kawasan pedesaan dan membahayakan keselamatan orang lain.

Ayahnya telah menawarkan untuk menemaninya ke Uruk supaya hatinya tegar karena ia melihat kebenaran yang mengancam dari cerita anaknya itu. Melihat tekad ayahnya, akhirnya pemburu muda itu berani untuk pergi ke Uruk dan tanpa harus ditemani ayahnya.

Setelah melewati lika - liku posesi untuk sampai ke istana di Uruk dan menghadap Raja Gilgamesh. Pemuda tersebut langsung mengutarakan inti maksud dari kedatangannya kesana. Lama ia bercerita tentang kejadian dihutan dan setelah selesai, serentak para Penasehat Raja mengatakan bahwa apa yang dikatakannya adalah kebohongan besar.

Namun bagi Gilgamesh, perkataan dari Pemburu itu adalah benar. Mengesampingkan pendapat dari orang - orang terdekatnya, Gilgamesh berkata "Baiklah, aku akan membunuhnya".

Mendengar jawaban dari Gilgamesh yang menandakan bahwa ia percaya akan ceritanya, Pemburu itu sangat lega bahwa nyawanya selamat, lalu ia semakin berani untuk mengungkapkan keinginannya kemari. "Maaf tuanku, engkau tak perlu menurunkan bala tentara untuk membunuhnya. Hamba mendengar bahwa ada orang di Kuil Suci yang memiliki kekuatan sakti".

"Siapakah itu?" tanggap Gilgamesh.

"Shamat" jawab Pemburu.

Semua yang mendengar keluh kesah Pemburu Muda itu merasa bingung dengan apa yang dimintanya. Jikalau benar ada makhluk buas dan kuat, hanya Raja Gilgamesh lah yang mampu mengalahkannya. Akan tetapi wajah Gilgamesh menunjukan perasaan lainnya, ia tersenyum mendengar jawaban Pemburu itu dan menghendaki apa yang ia minta.

***


"Apa kau gila? Menempatkanku melawan makhluk buas" ungkap kesal Shamat.

Pemburu muda tak pernah menjawab pelbagai pertanyaan dari Shamat, hal itu membuatnya kesal akan tetapi ketakutan daripada Raja Gilgamesh membuat Shamat itu menerima keadaan. Sebenarnya Pemburu bukan tak ingin menjawab pertanyaannya, namun ia tak tega bila harus mengungkapkannya saat itu.

Setelah melakukan perjalanan yang melelahkan, sampailah mereka di kawasan gurun pasir. Kemudian mereka mencari Oasis sebagai tempat beristirahat dan juga tempat untuk menjebak makhluk buas yang kuat itu.

Tiga hari lamanya mereka menunggu, akhirnya...

Pandangan mata Pemburu terbelalak melihat sosok besar sedang mendekati Oasis. Tak salah, ialah Enkidu.

"Shamat cepatlah kau berbaring diatas selimut, dan perlihatkan payudaramu" kata Pemburu kepada Shamat.

Terbesit dalam pikirannya "Kenapa ia tak menjawab semua pertanyaanku dalam perjalanan, mungkin inilah jawabannya". Air mata mulai menetes dari mata indahnya, tapi tak mengapa toh itu juga pekerjaannya dan lebih penting lagi bakal meningkatkan peluang hidupnya. Aura aneh semakin terasa di sekitar Oasis, akhirnya Shamat menuruti perintah dari Pemburu.

Sosok manusia besar dengan bulu yang menutupi tubuhnya seketika sudah berada dekat dengan mereka. Enkidu yang pada saat itu ingin minum di Oasis, teralihkan pandangannya melihat dua sosok yang tampak aneh dan belum pernah ia temui. Keanehan terjadi pada diri Enkidu ketika ia menoleh ke sosok wanita cantik dengan telanjang dada. Tubuhnya bergetar dan alat kemaluannya mengeras, mulailah ia mencoba mendekati wanita cantik itu.

Kegelisahan datang pada Shamat, namun tak ada jalan lain kalaupun ia lari ada Raja Gilgamesh yang siap memenggal kepalanya. Naluri manusia Enkidu semakin tergugah, ketika Shamat menanggalkan semua pakaiannya dan memasangkan badan erotis yang akan membutakan hati bagi pria manapun. Akhirnya mereka bersenggama melepas nafsu syahwat di dalam tenda selama enam hari dan tujuh malam.

Bersambung...
Note : Isi cerita sesuai dengan plot yang tertulis pada Prasasti 1 "Cerita Epic/Epos Gilgamesh"

0 Komentar:

Posting Komentar